Oleh: KH.DR.Muslih Abdul Karim MA
Kalian semua adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung-jabannya, begitulah sabda rasulullah saw. Suami adalah pemimpin untuk keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin untuk anak-anaknya. Seorang anak adalah pemimpin untuk dirinya sendiri. Dan itulah pemimpin terkecil, memimpin untuk diri sendiri agar tidak terseret oleh badai nafsu. Akan tetapi, walaupun memimpin untuk diri sendiri merupakan hal terkecil jika dibandingkan dengan memimpin umat, maka tetap saja dia akan dimintai pertanggung-jawabannya. Tidak akan ada yang luput dari pertanggung-jawaban sekali pun sekecil dzarrah.
Memimpin bukanlah hal sepele yang bisa dilakukan tanpa aturan. Akan tetapi, memimpin merupakan hal yang sangat besar dalam pandangan islam, karena tidak ada balasan bagi pemimpin kecuali surga atau neraka. Tidak ada balasan baginya kecuali pahala atau siksa. Dia akan dimasukkan ke surga jika dia memimpin dengan adil. Dan sebaliknya, dia akan dimasukkan ke neraka jika memimpin dengan dzalim. Dia akan mendapatkan pahala jika meminpin dengan benar dan dia akan mendapatkan siksa jika memimpin dengan sembarangan.
Rasulullah saw adalah sosok pemimpin umat manusia yang perlu digugu dan ditiru. Beliau memimpin dengan penuh kasih-sayang dan keadilan. Hingga seorang Yahudi pun tunduk di bawah kepemimpinannya. Tidak hanya orang muslim yang dapat merasakan keadilan beliau, akan tetapi orang-orang kafir quraisy pun merasakannya. Itulah sosok pemimpin yang didambakan umat manusia.
Oleh karenanya, siapa pun yang akan menjadi pemimpin hendaknya mempunyai tiga sifat dasar. Agar dia menjadi pemimpin yang didambakan oleh seluruh makhluq yang ada di alam semesta ini. Ketiga sifat itu ialah islam, adil, dan amanah.
- Islam
Seorang pemimpin yang mengurusi urusan umat manusia hendaknya beragama islam. Allah swt berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian menjadikan orang-orang Yahudi dan Nashrani sebagai wali kalian. Mereka satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa diantara kamu yang menjadikan mereka wali maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.” (QS.al-Maidah:51)
Dan Allah swt berfirman dalam QS. al-Maidah:57,
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu jadi bahan ejekan dan permainan. Yaitu diantara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang kafir (orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman.”
Bahkan Allah swt pun menyifati orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin sebagai orang munafiq. Allah swt berfirman dalam QS.an-Nisa:138-139,
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka Sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.”
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu Mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)” ? (QS.an-Nisa:144)
Maka, orang-orang yang beriman hendaknya menjadikan Allah, rasul dan orang-orang yang beriman sebagai pemimpin mereka.
Allah swt berfirman:
“Sesungguhnya wali kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).” (QS.al-Maidah:55)
Dan hal ini pun sesuai dengan do`a yang telah Allah swt ajarkan kepada hamba-hamba-Nya,
“Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.al-Furqan:74)
Pemimpin islam akan mengajarkan kebaikan-kebaikan, sedangkan pemimpin non islam tentu akan mengajarkan kesesatan-kesesatan dan berbagai penyimpangan. Maka, tidaklah pantas bagi seorang yang beriman kepada Allah swt menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin mereka walau pun seorang yang non islam itu selalu melakukan berbagai kegiatan kemasyarakatan, berlaku baik dan lain sebagainya. Karena Allah swt pun tidak akan pernah menerima amal perbuatan orang-orang kafir. Semua amal perbuatannya bagaikan debu yang tidak akan berarti sama sekali.
Tidak akan makmur, tidak akan sejahtera, tidak akan pernah bahagia jika kepemimpinan diserahkan kepada orang-orang kafir. Karena mereka tidak akan pernah mengerti tentang tugas-tugas yang diamanahkan kepadanya. Bagaimana dia akan mengurusi urusan umat, jika untuk mengurusi dirinya sendiri pun dia tidak mampu? Bagaimana mau menunjukkan jalan yang benar kepada rakyatnya sedangkan dia sendiri pun tersesat di dalam kekafiran?…